Pertemuan
Tuhan Yesus dengan seorang ahli Taurat yang dikisahkan dalam Lukas 10:25-37 membawa sang ahli Taurat
dan para murid Tuhan Yesus masuk dalam sebuah perenungan yang dalam. Dalam
pertemuan itu, sang Ahli Taurat mengajukan beberapa pertanyaan kepada Tuhan
Yesus. “Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” adalah
pertanyaan pertala yang ia lontarkan. Mungkin karena tujuan awalnya yang salah
(yaitu untuk mencobai Tuhan Yesus), sang Ahli Taurat menanyakan pertanyaan yang
seharusnya dapat ia jawab sendiri berdasarkan kitab Taurat yang telah ia
kuasai.
Tuhan Yesus
menjawab pertanyaan tersebut dengan balik bertanya kepada sang Ahli Taurat.
“Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Dan terbukti
sang Ahli Taurat pun dapat menjawab dengan benar dengan mengutip dari kitab Ulangan 6:4 dan Imamat 19:18. Tuhan Yesus menjawab dengan mengatakan “Jawabmu itu
benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tidak berhenti disitu,
sang Ahli Taurat melanjutkan pertanyaannya dengan kembali bertanya ”Siapakah
sesamaku manusia?” Bagi kita
yang secara umum mengerti pengajaran Tuhan Yesus mengenai kasih, pertanyan tersebut terlihat
lucu. Namun saat kita pahami latar belakang orang Yahudi dan kehidupan agamawi
mereka, kita akan mengerti alasan kenapa ia bertanya demikian.
Dalam masyarakat Yahudi, terdapat semacam "lingkaran-lingkaran" kelompok masyarakat yang berlaku. Lingkar terdalam
dianggap paling suci dan terhormat, sedangkan lingkar terluar dianggap paling
berdosa dan kotor. Imam dan kaum Lewi adalah pemuka agama yang sangat dihormati
di kalangan Yahudi. Orang Samaria dan bangsa kafir (gentiles – ingg.) adalah kelompok orang yang sangat dibenci oleh
orang Yahudi. Jadi bagi orang Yahudi, “sesama manusia” adalah sesama bangsa
Yahudi saja.
Berdasarkan pandangan tersebut, Tuhan Yesus mengajarkan
kepada Ahli Taurat ini arti mengasihi sesama manusia. Tuhan Yesus menggunakan
cerita “Orang Samaria Yang Baik Hati” untuk menjelaskan pemahaman yang benar tentang
ungkapan “Sesama Manusia.”
Dalam kisah Orang Samaria yang baik ini ada 3 kelompok
orang yang menonjol. Kelompok tersebut adalah para perampok, Imam dan Lewi,
serta orang Samaria. Dikisahkan ada seorang yang turun dari Yerusalem ke
Yerikho. Di tengah jalan ia dirampok dan dihajar perampoh hingga sekarat dan
hampir mati kemudian ditinggalkan tergeletak di pinggir jalan. Beberapa waktu
kemudian ada Imam yang sedang dalam perjalanan turun dari Yerusalem. Saat sang
Imam melihat orang yang terluka itu, ia berjalan menjauh dan meninggalkannya.
Hal yang sama juga dilakukan oleh seorang Lewi yang beberawa waktu kemudian
juga melewati tempat itu. Ia berjalan menjauh dan tidak menolong orang yang
terluka tersebut. Dan kemudian lewatlah pula seorang Samaria. Melihat ada orang
yang terluka, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan dan kemudian mendekatinya
untuk menolongnya. Ia meminyaki luka-luka orang tersebut, menyiramnya dengan
anggur untuk menghindari infeksi, kemudian menaikkan orang tersebut ke atas
keledai tunggangannya. Ia membawa orang yang terluka itu ke sebuah penginapan
dan merawatnya disana. Saat ia harus melanjutkan perjalanan, ia membayar
pemilik penginapan untuk meneruskan proses perawatan tersebut sampai ia kembali
lagi.
Mari kita
pelajari kembali tiga kelompok orang yang digambarkan dengan menonjol dalam kisah
orang Samaria yang baik hati tersebut:
1. Perampok
Perampok hanya
mengingini milik orang lain untuk dikuasainya. Orang yang tidak pernah merasa
puas akan apa yang ia miliki. Saat melihat orang lain yang memiliki lebih, ia
menjadi iri dan ingin memilikinya pula. Orang yang iri dan tidak suka melihat
keberhasilan orang lain, ingin menjadi lebih dengan motivasi ingin mengalahkan
orang lain, pada hakekatnya sama dengan perampok. Ia tidak lagi pedulia akan
cara mendapatkannya, yang penting dapat mengalahkan orang lain dan menjadi
lebih.
2. Imam dan Lewi
Imam dan
Lewi adalah pelayan-pelayan Tuhan yang seharusnya memiliki moralitas yang
unggul. Ia harusnya dapat menjadi teladan perbuatan yang baik. Seorang Imam dan
Lewi akan menjadi najis dan tidak dapat melayani saat ia menyentuh darah dan
mayat selain hewan korban di Bait Allah. Mungkin imam dan lewi tersebut tidak
mau menjadi najis dengan menolong sang korban perampokan tersebut, karena
proses penyucian imam dan lewi adalah sebuah proses yang panjang dan ribet. Hal ini adalah gambaran dari para
pelayan Tuhan yang tidak mengerti intisari dari pelayanan yang sesungguhnya.
Pelayanan hanya menjadi aktivitas tanpa nilai luhur. Pelayanan dijadikan bahan
pencitraan tingkat kerohanian, karena dengan terlibat dalam pelayanan orang
akan dianggap lebih kudus dan dewasa rohani. Pada kenyataannya itu tidaklah
tepat.
3. Orang Samaria
Kasih tidak
memandang siapa orang yang seharusnya dikasihi. Kasih akan mengasihi semua
manusia. Seseorang yang memiliki kasih dalam hidupnya, ia akan rela melakukan
apa saja untuk mengasihi semua manusia, tanpa memandang batasan apapun. Karena
kasih, orang akan rela mengorbankan apapun, seperti halnya Tuhan Yesus yang
rela memberi nyawanya, untuk menyatakan kasihNya kepada semua manusia.
Secara tersirat, Tuhan Yesus menjawab pertanyaan sang ahli Taurat tersebut dengan menunjukkan bahwa "sesama manusia" adalah orang yang mengasihi siapa saja dengan kasih yang tulus dan tidak pandang bulu. Mari kita menyebarkan kasih Tuhan melalui cara kita mengasihi sesama manusia.
Secara tersirat, Tuhan Yesus menjawab pertanyaan sang ahli Taurat tersebut dengan menunjukkan bahwa "sesama manusia" adalah orang yang mengasihi siapa saja dengan kasih yang tulus dan tidak pandang bulu. Mari kita menyebarkan kasih Tuhan melalui cara kita mengasihi sesama manusia.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.