Saudara, tentu kita
semua seringkali mendengar pemberitaan tentang Islamic State (IS) atau mungkin
lebih dikenal dengan nama ISIS. Mereka adalah kelompok militan radikal yang
ingin mendirikan sebuah negara Islam di wilayah Iraq dan Siria. Demi
menjalankan rencana tersebut, mereka menggunakan cara-cara yang kejam dan
sadis. Sampai hari ini mereka telah banyak membunuh orang-orang yang
berseberangan paham dan kepercayaan dengan mereka. Beberapa waktu yang lalu, para
militan ISIS telah menyandera 230 orang Kristen Siria. 230 orang tersebut
terdiri dari 51 anak-anak, 84 orang wanita, dan 95 pria (sumber: europe.newsweek.com,
1 Mei 2015, pukul 2:44 PM). Para sandera ini telah ditangkap ISIS sejak bulan
Februari lalu. Demi membebaskan mereka penduduk Siria telah mengumpulkan uang
untuk menebus mereka. Uang yang telah terkumpul sebesar 1,1 juta dolar Amerika.
Sebuah angka yang fantastis. Namun diluar dugaan, kelompok ISIS menolak uang
tebusan tersebut. Alasan mereka menolak uang itu karena mereka berharap dengan
menyandera 230 orang tersebut, meraka dapat menarik perhatian yang besar dari
negara-negara barat. Kondisi
saudara-saudara seiman di Siria tersebut tentunya harus terus kita doakan.
Mereka berada dalam tekanan yang luar biasa demi mempertahankan iman mereka
kepada Tuhan Yesus Kristus.
Bentuk-bentuk tekanan
seperti itu sebenarnya kita dapati juga di Indonesia, walaupun tidak seekstrem kondisi di Timur Tengah
tersebut. Saudaraku, tentunya kita bertanya-tanya bukan? Kenapa mereka, dan
mungkin juga kita, diijinkan Tuhan mengalami penderitaan yang sedemikian berat?
Saudaraku, kadangkala penderitaan
harus kita alami sebagai konsekuensi ketika kita mempertahankan iman Kristen
kita. Lantas, Apa yang Tuhan ingin kita lakukan ketika penderitaan tersebut
datang sebagai konsekuensi kita
mempertahankan iman Kristen kita?
I.
Tuhan ingin
supaya kita tidak takut,
karena penderitaan yang kita alami bersifat sementara (ayt. 10a).
Saudaraku, saya rasa rasa takut adalah
perasaan yang normal dialami oleh banyak orang saat sedang mengalami ancaman
bahaya. Bahkan, kita pun tentu akan merasa takut saat kita berada di posisi yang
sama seperti saudara-saudara seiman kita yang ada di Siria dan Iraq tersebut,
yang karena mempertahankan iman mereka kepada Kristus, nyawa mereka menjadi
taruhannya.
Alkitab menyatakan dalam jemaat Smirna
juga mengalami tekanan yang hebat. Wahyu 2:9 menyinggung tentang kondisi yang
dihadapi oleh jemaat Smirna tersebut demikian:
“Aku tahu kesusahanmu dan
kemiskinanmu--namun engkau kaya--dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang
Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah
Iblis.”
Kala itu di Smirna, sekarang ini
adalah kota Ishmir – Siria, Yudaisme dianggap sebagai sebuah
sekte kuno yang lebih dulu ada. Mereka juga memiliki pengaruh yang kuat
sehingga pemerintahan Roma mengijinkan mereka untuk tidak terlibat dalam
aktifitas religius Romawi, yang biasanya diharuskan bagi negara jajahannya.
Pemerintah Roma tidak terlalu berusaha untuk mengetahui bahwa sebenarnya
kekristenan dan Yudaisme memiliki akar yang sama. Hal tersebut menjadikan
jemaat Kristen di Smirna terhimpit oleh peraturan Roma. Oleh pemerintahan
Romawi, mereka diharuskan terlibat dalam upacara penyembahan dewa-dewa Roma,
namun jemaat Kristen ini menolak. Penolakan orang Kristen inilah yang kemudian
membuat mereka dianiaya. Saat
itu, jika masyarakat mengetahui bahwa seseorang adalah pengikut Kristus, mereka
akan ditangkap, dianiaya atau mereka akan dikucilkan dari masyarakat. Para
pedagang Kristen kemungkinan diboikot barang dagangannya sehingga tidak ada
yang mau membeli barang mereka. Sehingga banyak dari mereka menjadi jatuh
miskin.
Merupakan sebuah penghiburan bagi
jemaat Smirna bahwa Kristus mengetahui semua penderitaan mereka: Aku tahu kesusahanmu dan
kemiskinanmu--namun engkau kaya! Selain
menderita aniaya, mereka juga mengalami kemiskinan. Kata Yunani dari kemiskinan yang diugunakan dalam ayat 9 ini berarti sebuah kondisi
miskin yang sangat parah.
Namun walaupun sangat miskin, mereka kaya akan janji-janji yang Kristus berikan
kepada mereka. Mereka dianiaya tidak hanya oleh orang kafir penyembah berhala,
tapi juga oleh orang Yahudi. Sedangkan kata kesusahan
berarti hidup dalam penganiayaan dan kesulitan yang begitu menghimpit.
Penganiayaan menghasilkan kemiskinan karena pekerjaan dan sumber-sumber
penghasilan jemaat dirampas. Jadi orang percaya di Smirna mungkin telah
mengalami penyitaan harta benda.
Rupanya jemaat Yahudi setempat
disebut oleh Tuhan – dalam penglihatan Rasul Yohanes yang diterima rasul
Yohanes di pulau Patmos tersebut – sebagai jemaah
Iblis. Hal tersebut dapat kita bandingkan dalam pasal 3:9. Setan disebut
dalam empat dari tujuh surat: 2:9, 13, 24; 3:9. Dalam sejarah gereja,
penganiayaan yang keras justru dilakukan oleh orang-orang beragama.
Kalimat “sapaan” Tuhan Yesus kepada
jemaat Smirna di atas bermakna bahwa Tuhan Yesus sepenuhnya menyadari kesusahan
dan kemiskinan orang Kristen di sana yang harus bertekun karena nama Kristus.
Kita melihat di ayat 10, Tuhan Yesus
menyerukan kepada jemaat Smirna “Jangan takut terhadap apa yang
harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari
antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan
selama sepuluh hari.” Rata-rata penafsir Alkitab setuju
bahwa arti dari frasa sepuluh hari di
bagian ayat ini adalah penganiayaan yang hanya sementara atau jangka waktu yang
pendek. Jadi, disini kita melihat bahwa Tuhan ingin supaya kita tidak takut, karena penderitaan yang kita alami hanya akan bersifat sementara.
Saudaraku,
tentunya kita semua pasti mengetahui proses kehamilan hingga pada saat
persalinan bukan? Ibu-ibu pastilah sangat memahami hal ini. Dalam proses
kehamilan, seorang ibu tentunya akan terus berusaha untuk merawat kandungannya
selama kurang lebih sembilan bulan, hingga tiba saat untuk melahirkan. Nah,
bagian persalinan inilah yang paling menegangkan dan sangat menakutkan karena
resikonya yang sangat besar, yaitu kematian. Pada puncak proses persalinan, rasa
sakit yang dialami oleh seorang wanita yang melahirkan begitu hebatnya.
Kemudian saat sang bayi sudah dilahirkan, pastilah sang ibu akan mengalami
kelegaan yang luar biasa. Penderitaan dan rasa sakit ibu tersebut seolah
terbayar lunas saat mendengar tangis sang jabang bayi. Dengan rasa sakit yang
luar biasa tersebut, kita patut bersyukur kepada Tuhan bukan, bahwa proses persalinan tidak memakan waktu yang sangat
lama, hingga satu minggu misalnya…
Saudaraku, mungkin
banyak diantara kita masih merasa takut saat membayangkan mengalami penderitaan
seperti jemaat di Smirna, ditekan karena iman kepada Kristus. Itu adalah hal yang wajar. Namun
kita telah melihat bersama bahwa tekanan dan penderitaan seperti itu hanya
bersifat sementara saja. Seperti halnya jemaat Smirna, saat kita diijinkan oleh
Tuhan mengalami penderitaan karena mempertahankan
iman Kristen kita, kita akan menjadi pribadi yang kaya
secara rohani.
II. Tuhan
ingin supaya
kita tetap setia sampai mati,
karena Dia akan memberikan kepada
kita mahkota kehidupan (ayt. 10b).
Saudaraku, akhir-akhir ini kesetiaan
adalah sebuah kualitas yang mulai langka. Selain dalam hal pernikahan,
lunturnya kesetiaan juga mulai terlihat dalam hal keimanan. Banyak orang
Kristen yang meninggalkan iman mereka demi hal-hal duniawi.
Dalam penderitaan mereka, jemaat
Smirna didorong untuk “setia sampai mati.” Ketika para
penganiaya tubuh mereka dapat merenggut tubuh jasmani, saat itulah jemaat akan
menerima “mahkota kehidupan.” Rupanya hingga pada waktu surat tersebut diterima
oleh jemaat Smirna, belum ada jemaat yang meninggal. Namun beberapa waktu
kemudian, sejarah menuliskan bahwa Polikarpus yang adalah uskup dari gereja
Smirna, mati sebagai martir pertama disana, yang tidak diragukan lagi disusul
oleh banyak anggota jemaat yang lain.
Kesetiaan
yang ditulis dalam bagian ayat 10 ini menggunakan kata πιστος, yang sebenarnya juga bermakna iman. Jadi
dalam terjemahan bebas, kalimat setia sampai mati dapat kita pahami sebagai beriman (kepada Kristus) sampai mati. Berdasarkan
denah Smirna, para penafsir tidak sulit melihat kaitan antara Mahkota Smirna
dengan mahkota yang dijanjikan bagi para pengikut Kristus yang setia. Tetapi
Tuhan Yesus berbicara tentang “mahkota kehidupan,” yang membuatnya berbeda dan
penuh arti. Istilah “mahkota kehidupan” ini mungkin merupakan suatu idiom,
muncul pula pada Yakobus 1:12 dan bisa diterjemahkan sebagai “mahkota, yaitu
kepenuhan hidup.” Kata itu melambangkan “sukacita dan kegembiraan kemuliaan dan
kekekalan yang paling tinggi.” Jika orang-orang kudus di Smirna membayar
kesaksian Kristus dengan hidup mereka, maka mereka akan memperoleh hidup yang
tidak bisa binasa dalam kemuliaan kekal.
Tuhan Yesus telah menunjukkan sebuah sikap kesetiaan
yang luar biasa, yang harusnya kita teladani bersama. Tuhan Yesus tahu bahwa keberadaan-Nya
di dunia adalah demi mewujudkan rencana Bapa-Nya, yakni rencana penebusan
manusia dari dosa. Ada sebuah perjalanan yang panjang yang Ia tempuh. Ujung
dari perjalananan tersebut juga sudah Ia ketahui, yakni siksaan dan kematian di
kayu salib. Namun kita dapat melihat Kesetiaan Tuhan Yesus menjalani panggilan
tersebut. Dalam surat Filipi 2:8-9, Rasul Paulus menuliskan demikian: “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama
di atas segala nama,” Kesetiaan Tuhan Yesus terhadap keinginan Bapa-Nya
inilah yang membuat Bapa meninggikan Dia dan mengaruniakan pada-Nya nama diatas
segala nama.
Saudaraku, ada berapa banyak di antara kita yang sudah menikah? Ingkatkah
Saudara akan janji pernikahan yang saudara ikrarkan pada waktu itu? Dihadapan
Allah dan jemaat, saya.......menerima engkau........menjadi isteriku yang sah
dan aku berjanji untuk setia baik dalam suka/duka, sehat/sakit, kaya/miskin
sampai kematian memisahkan kita. Bukankah itu adalah sebuah janji setia
yang indah, Saudara? Sebuah janji yang jika diwujudnyatakan akan membentuk
sebuah keluarga yang harmonis dan penuh dengan kebahagiaan.
Demikian juga halnya dengan kita, Saudara. Kita juga
harus setia kepada Tuhan, baik dalam suka atau duka, sehat atau sakit, kaya
atau miskin. Ada banyak hal yang dunia tawarkanuntuk membeli iman kita. Apakah
itu pangkat, jabatan, status sosial, kekayaan, atau pasangan hidup. Bahkan,
dunia mungkin juga akan memaksa kita dengan kekerasan, supaya kiat meninggalkan
iman Kristen kita. Akan tetapi Saudaraku, kita harus tetap setia dan berpegang
teguh kepada Tuhan Yesus Kristus. Kita harus tetap setia beriman kepada
Kristus, dan tidak akan menukarnya dengan apapun juga.
Saudaraku, kita telah melihat bersama bahwa penganiayaan
yang dialami oleh jemaat Smirna bukanlah karena mereka melakukan kesalahan,
namun karena mereka bertahan untuk tetap beriman kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus dalam kitab Matius pernah mengatakan bahwa mengikut
Dia bukan membuat kita senang. Mengikut dia artinya menderita bagi dia.
Penderitaan sudah pasti tidak bisa kita elakkan. Oleh karena itu, mari kita
tetap setia. Karena Yesus tahu dan peduli dengan segala yang kita derita. Ia
tidak akan tinggal diam. Bahkan saat ini, Ia sudah menyiapkan sebuah mahkota
kehidupan, bagi setiap orang yang mau setia dalam iman kepada-Nya. Mahkota kehidupan adalah kehidupan
kekal bersama dengan Tuhan Yesus di Kerajaan Sorga yang permai. Mari, janganlah takut menderita
demi iman kita kepada Kristus, melainkan tetaplah setia kepada-Nya.
*tulisan ini adalah tugas kuliah Homiletika 1, yang dibimbing oleh Bapak Dr. Benny Solihin, di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, Jawa Timur.
*tulisan ini adalah tugas kuliah Homiletika 1, yang dibimbing oleh Bapak Dr. Benny Solihin, di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, Jawa Timur.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.