Laman

Showing posts with label hak jawab. Show all posts
Showing posts with label hak jawab. Show all posts

21 December 2016

KESADARAN AKAN PENTINGNYA MEMBERI JAWAB



“Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.”
Kolose 4:5-6

Dalam Matius 28:19-20, umat Kristen menerima amanat agung dari Tuhan Yesus Kristus untuk memberitakan Injil (euangelion – yang secara harafiah berarti Kabar Sukacita) kepada semua suku bangsa. Amanat yang diberikan pada umat Kristen tersebut lebih lugas dikenal dengan istilah BERSAKSI. Namun demikian, umat Kristen biasanya terbelah dalam dua kutub penerapan yang berbeda dan terkesan bertolak belakang, dalam memahami dan menerapkan kata “bersaksi. 

Dua kutub tersebut adalah (1) bersaksi melalui perkataan dan (2) bersaksi melalui perbuatan. Didalam konteks kehidupan di lingkungan masyarakat dengan kekristenan sebagai minoritas, sebagian besar umat Kristen cenderung memilih pilihan yang kedua, yakni bersaksi melalui perbuatan. Hal tersebut dianggap lebih “aman” karena tidak menyinggung keyakinan orang lain dan tidak beresiko. Sedangkan pilihan yang pertama – bersaksi melalui perkataan – seringkali dihindari karena diasumsikan akan berakhir dengan perdebatan antar keyakinan. Apakah selalu seperti itu?

Keseimbangan Kualitas Antara Pemahaman Dengan Perbuatan
Pada dasarnya, perbuatan adalah perwujudan atau bentuk nyata dari prinsip-prinsip dan buah pikiran yang dianut oleh seseorang. Jika prinsipnya benar maka benar pula perbuatannya. Demikian juga sebaliknya, jika prinsipnya salah maka salah pula perbuatannya. Jika kita memiliki pengetahuan yang benar terhadap firman Tuhan, maka kita juga akan melakukan hal-hal yang benar yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan yang kita pahami. 

Saya beri gambaran seperti saat kita membuat kue. Saat kita mengetahui semua bahan baku yang diperlukan beserta dengan ukurannya, kemudian dibarengi dengan pengetahuan akan langkah-langkah pembuatan yang benar, maka kita akan dapat membuat sebuah hidangan kue yang dapat dinikmati semua orang. Intinya: Prinsip harus benar dulu, baru kemudian diterapkan dalam perbuatan/tindakan yang selaras dengan prinsip tersebut.

Pentingnya Memberi Jawab Dengan Benar
Pada kenyataannya, tantangan bagi dunia kekristenan berada pada tataran konsep (pemahaman terhadap ajaran-ajaran) kekristenan itu sendiri. Krisis identitas iman seorang Kristen biasanya diawali dengan kurangnya pemahaman mengenai pengajaran kekristenan. Misalnya, saat ada orang yang menuduh bahwa Tuhannya orang Kristen ada tiga, banyak orang Kristen sendiri yang kebingungan dalam menjawab atau meluruskan tuduhan tersebut. 

Contoh lainnya adalah banyaknya orang Kristen yang kalang kabut kebingungan saat kemunculan novel The Da Vinci Code, karya penulis bernama Dan Brown, yang meledak di pasaran. Dalam novel tersebut, Yesus diceritakan memiliki hubungan khusus dengan Maria Magdalena. Banyak gereja bahkan sempat bereaksi dengan cepat dengan membuat pertemuan-pertemuan pendalaman Alkitab untuk mengatasi kegoyahan iman banyak jemaatnya. Betul sekali! Banyak jemaat Kristen yang goyah keimanannya setelah membaca novel dan menyaksikan film The Da Vinci Code, beberapa tahun lalu.

Pertanyaan penting yang harusnya kita jawab adalah: Apakah gereja sudah melakukan upaya untuk mempersiapkan jemaatnya untuk menjadi pribadi yang siap secara intelektual/keilmuan memberi jawab terhadap tantangan-tantangan tersebut? Banyak gereja lebih memilih berfokus pada pengajaran-pengajaran yang bersifat normatif, misalnya pembentukan karakter pribadi seseorang, bagaimana mengatasi pergumulan dengan dosa pribadi, bagaimana sikap hati seorang pelayan gereja, cara memperoleh kehidupan yang diberkati, dsb. Hal tersebut bukannya tanpa alasan. Pertumbuhan kedewasaan yang dirasa lambat, memaksa gereja melakukannya. Namun ada juga gereja yang memilih dalam posisi status quo dan menghindari pengajaran-pengajaran yang bersifat apologetis, supaya tetap aman dan tidak dimusuhi oleh lingkungan sekitarnya.


Gereja memiliki “Hak Jawab” dalam menanggapi semua tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Memberi jawab tidaklah selalu berkonotasi negatif semacam berdebat, gontok-gontokan, eyel-eyelan,atau yang lainnya. Memberi jawab bisa dilakukan dengan dengan cara mengajak dan membiasakan orang di sekitar kita untuk memiliki pola pikir yang logis dan rasional, tanpa ada keinginan untuk menjatuhkan dan menghina keyakinan seseorang. 

Untuk dapat melakukannya, kita harus terlebih dahulu terbiasa memiliki pola pikir yang logis dan rasional. Tapi apakah iman dapat dirasionalkan? Jawaban singkatnya: DAPAT! Tabib Lukas dalam injilnya pasal 1:1-4 telah membuktikannya untuk kita semua. Dia telah menyusun sebuah berita mengenai kabar sukacita keselamatan, yang diberikan kepada setiap orang yang mau percaya kepada Yesus Kristus, dengan kaidah-kaidah pemberitaan yang sesuai pada jamannya. Jika seorang Lukas mampu melakukannya, maka kitapun pasti diberi kemampuan oleh Tuhan untuk melakukannya.