Laman

Showing posts with label Kristen. Show all posts
Showing posts with label Kristen. Show all posts

21 February 2016

PERTOBATAN "ORANG BENAR" (Renungan Kisah Rasul 9:1-9)

                    Kita pasti akan menuntut seorang yang telah terbukti melakukan kesalahan untuk menyesali dan mengakui kesalahannya. Itulah harapan kebanyakan orang terhadap seseorang yang bersalah. Akan tetapi kita tentunya tidak pernah berpikir untuk menuntut permintaan maaf dari seorang yang melakukan hal yang benar. Namun bagaimanapun juga pernyataan ini hanya memiliki sebagian kebenaran saja.

Suatu komunitas biasanya memiliki standartnya sendiri, yang diterapkan dalam komunitas tersebut. Dalam konteks Kisah Rasul 9:1-9, pernyataan tadi dapat kita lihat dengan jelas. Rasul Paulus, yang kala itu masih dikenal dengan nama Saulus-nya, berjuang menerapkan prinsip kebenaran komunitasnya, yaitu komunitas Farisi dalam Yudaisme. Tabib Lukas menulis Kisah 9:1-2 sebagai gambaran singkat namun mendalam mengenai kesungguhan Saulus menegakkan ajaran Yudaisme yang dianutnya, yang akhir-akhir itu terusik dengan munculnya gerakan kekristenan. Saulus sangat membenci orang-orang yang mempercayai bahwa Yesus dari Nazaret adalah pribadi Mesias yang dijanjikan oleh kitab-kitab para nabi. Oleh karena itulah ia bejuang sekuat tenaga dan dengan semangat membara, untuk menghentikan perkembangan gerakan kekristenan dengan segala cara, termasuk memenjarakan dan menghukum mati mereka. Kisah martir Stefanus dalam Kisah Rasul 7 adalah bukti nyata dari tindakan Saulus tersebut. Mari kita sejenak merenungkan hal-hal apa yang ingin ditunjukkan Tuhan melalui tulisan Tabib Lukas di bagian ini.

1. Merasa Benar, ternyata Salah
Dalam pandangan Saulus, berjuang untuk menjaga kemurnian ajaran Yudaisme adalah sebuah tindakan yang mulia. Oleh karena itulah dia melakukan hal tersebut dengan semangat yang berkobar-kobar. Dia menangkap, memenjarakan, dan bahkan menghukum mati banyak orang Kristen demi melaksanakan “panggilan pelayanannya” tersebut. Tindakan Saulus tersebut mendapat dukungan dari komunitas Farisinya dan kebanyakan pemimpin agama Yahudi. Hal tersebut terbukti dari diperolehnya surat rekomendasi dari Imam Besar demi memuluskan aksinya tersebut. Ditengah perjalanannya menjalankan misi “suci” itu, Saulus mengalami peristiwa yang mengejutkan dan merubah kehidupannya, selamanya. Seberkas cahaya dari langit menjatuhkannya ke tanah dan membutakan matanya. Bersamaan dengan itu ada suara dari langit yang berkata dengan jelas menegur keras tindakannya berjuang demi agamanya. Tuhan Yesus sendirilah yang langsung menghadang Saulus dan mengatakan hal yang sesungguhnya, bahwa sebenarnya selama ini Saulus sedang menganiaya Dia – dengan cara menganiaya jemaat Tuhan. Apa yang Saulus pikir dia lakukan demi kemuliaan Tuhan, ternyata adalah tindakan yang justru menyakiti Tuhan. 
Hal yang mungkin kita anggap benar ternyata belum tentu itu adalah sebuah kebenaran yang hakiki. Banyak dari kita mungkin sudah mengambil bagian dalam pelayanan di gereja. Kita tentunya berpikir bahwa apa yang kita lakukan dalam pelayanan tersebut adalah untuk Tuhan, demi menyenangkan hati-Nya, demi kemuliaan-Nya. Namun pernahkan kita merenungkannya kembali dan bertanya dengan jujur kepada diri kita sendiri: “Apakah benar saya melakukan pelayanan saya untuk memuliakan Tuhan? Ataukah untuk kebanggaan pribadi saya?” Pertanyaan ini hanya dapat dijawab oleh kita masing-masing, saat kita mendengarkan hati nurani kita dan mengakui dengan jujur.

2. Kebenaran Pasti Membawa Perubahan
Saulus menghadapi sebuah kenyataan pahit. Niatan untuk melayani Tuhan dengan seluruh hidupnya, justru malah menjadi tindakan yang mendukakan hati Tuhan. Namun setelah peristiwa di jalan menuju Damsyik tersebut, kehidupan Saulus berubah secara drastis. Tuhan menunjukkan kebenaran yang sejati kepada Saulus, menggantikan standart kebenaran yang selama ini dia percayai. Kehidupan Saulus berubah total, dari seorang yang kejam dengan semangat membinasakan, menjadi seorang penuh kasih dengan semangat menghidupkan dan menyelamatkan. Itulah yang dikerjakan Kebenaran yang hakiki – Firman Tuhan, yaitu mentransformasi kehidupan seseorang.
Saat kita bertanya kepada banyak orang Kristen apa tujuan pergi ke gereja, maka sebagian besar akan menjawab “untuk beribadah” atau dengan kalimat indah “untuk mencari Tuhan.” Namun apakah kita telah benar-benar bertemu dengan Tuhan di setiap ibadah yang kita ikuti? Indikator/tanda yang jelas dari sebuah perjumpaan dengan Tuhan adalah terjadinya perubahan pola pikir yang mendasar dalam pribadi kita. Inilah makna sesungguhnya dari pertobatan. Jadi, jika kita berjumpa dengan Tuhan dalam ibadah-ibadah kita, maka pasti akan terjadi banyak sekali perubahan dalam hidup kita – sebuah perubahan karakter yang mengarah pada satu tujuan, yakni menjadi sama dengan karakter Yesus.
Terlahir Kristen tidak otomatis membuat kita menjadi manusia yang baik. Menjadi orang Kristen selama bertahun-tahun juga bukanlah jaminan. Kita tetap harus memastikan bahwa kehidupan kekristenan kita bertumbuh. Kita juga harus pastikan bahwa dalam setiap ibadah yang kita ikuti, kita dapat mendengar dengan jelas apa yang Tuhan katakan kepada kita secara pribadi. Tidak berhenti disitu, perkataan Tuhan untuk kita tersebut harus terus kita renungkan setiap saat dan terlebih lagi kita nyatakan dalam tindakan kita. Mari, kita pastikan diri kita terus mengalami pertumbuhan hari lepas hari, semakin menajdi serupa dengan Kristus.

*Renungan yang saya ketik di warta jemaat GPdI Air Hidup Singosari, tanggal 20 Februari 2016. Judul renungan ini saya pinjam dari judul khotbah Pdt. Erastus Sabdono, namun dengan isi yang berbeda dengan apa yang beliau sampaikan dalam khotbahnya.