Laman

30 December 2016

MENANG MELAWAN PENCOBAAN

”Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
Matius 4:4

     Semua manusia pasti pernah merasakan berada ditengah-tengah pencobaan. Masalah yang terasa pelik, berat dan silih berganti datang dalam kehidupan kita. Tidak ada satu manusiapun di dunia ini yang sama sekali tidak pernah merasakan pencobaan. Tidak ada satu manusiapun yang kebal terhadap pencobaan. Bahkan seperti yang kita ketahui, Tuhan Yesus Kristus sendiripun seringkali dicobai oleh iblis. Kisah yang paling kita kenal tentang pencobaan yang dialami oleh Tuhan Yesus ditulis dalam injil Matius 4:1-11.

     Kisah dicobainya Tuhan Yesus oleh iblis bermula saat Tuhan Yesus selesai dibabtis di sungai Yordan oleh Yohanes Pembabtis. Matius 4:1 menulis “Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.” Dalam Markus 1:12 dikatakan segera sesudah Tuhan Yesus dibabtis, Roh Kudus menuntun Tuhan Yesus untuk pergi ke padang gurun dan berpuasa disana selama 40 hari. Diakhir masa puasanya iblis menemui Tuhan Yesus dan kemudian mencobainya. Mari kita belajar bagaimana cara Tuhan Yesus mengalahkan pencobaan-pencobaan yang dilancarkan oleh iblis tersebut. 

I. UBAHLAH BATU MENJADI ROTI (Matius 4:1-4)
     Pencobaan yang pertama yang dilancarkan iblis kepada Tuhan Yesus berkenaan dengan rasa lapar dan haus-Nya setelah 40 hari berpuasa. Kita dapat membayangkan betapa sangat lapar dan hausnya Tuhan Yesus kala itu. Ditengah rasa lapar yang mendera tersebut, iblis seolah-olah mengingatkan Tuhan Yesus bahwa Ia memiliki kuasa untuk mencipta. Tentu bukan hal yang mustahil dilakukan bagi Tuhan Yesus untuk mengubah batu menjadi roti. Namun kita ketahui bahwa Tuhan Yesus tidak menuruti perkataan si iblis tersebut.

     Kebutuhan daging memang bagian dari kehidupan manusia. Rasa lapar dan haus adalah bagian dari kehidupan jasmaniah manusia. Hal tersebut tidak dapat dielakkan. Namun yang perlu kita perhatikan disini adalah bagaimana Tuhan Yesus memandang kebutuhan jasmani tersebut. Dalam Matius 4:4, Tuhan Yesus menjawab si iblis dengan mengutip kisah perjalanan bangsa Israel di padang gurun yang tertulis dalam kitab Ulangan 8:3 “Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.” Tujuan Tuhan memberkati dan memelihara kita sebenarnya adalah supaya kita mengerti (artinya mengetahui, belajar, merasakan, melihat dengan cerdas, mengalami, mengakui, mempertimbangkan, tahu cara melakukan, dan menjadi ahli) tentang Firman Tuhan. Firman Tuhanlah yang sebenarnya menghidupkan kita. Kita tidak boleh menjadikan pemenuhan kebutuhan daging / hawa nafsu sebagai prioritas kita. Namun kita harus fokus dalam memperagakan kebenaran firman Tuhan dalam hidup kita di dunia ini. 

II. JATUHKANLAH DIRI-MU (Matius 4:5-7)
     Pencobaan yang kedua ini bicara tentang mencobai Tuhan. Dalam pencobaan ini, iblis bahkan mengutip Mazmur 91:11-12 untuk “membenarkan” perkataannya. Kita melihat bahwa jika kita secara asal-asalan mencomot firman Tuhan, yang kemudian kita gunakan untuk membenarkan tindakan kita, itu menjurus kepada mencobai Tuhan. Firman Tuhan adalah dasar hidup. Dan tujuan kita melakukan atau mempraktekkan Firman Tuhan dalam kehidupan kita bukanlah demi kepentingan kita atau keuntungan kita sendiri, melainkan demi kepentingan Tuhan. saat kita menggunakan firman Tuhan demi keuntungan kita sendiri, kita sedang mencobai Tuhan. Kisah pemberontakan Yudas Iskariot hendaknya menjadi pelajaran berharga untuk kita. Karena berpikir dapat memaksa Tuhan Yesus menyatakan dirinya sebagai Mesias, Yudas mengkhianati Tuhan Yesus. Semua rencananya gagal saat ternyata Tuhan Yesus ditangkap dan dihukum salib oleh pemerintahan Roma. Yudas gagal memahami inti rencana Allah yang sebenarnya, yang sedang dikerjakan oleh Tuhan Yesus. 

III. SEMUANYA KUBERIKAN…JIKA SUJUD MENYEMBAH AKU (Matius 4:8-10)
     Pencobaan iblis yang terakhir ini adalah serangan langsung kepada hukum yang pertama dari 10 hukum dasar (Dasa Firman/ Dekalog). Iblis ingin dirinya disembah. Dia mengiming-imingi orang yang mau menyembahnya dengan kekuasaan atas dunia ini (harta, kedudukan, kehormatan, kemuliaan, dsb.). Tidak mengherankan jika banyak kita lihat orang menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekuasaan, salah satunya dengan cara menjual hidupnya kepada iblis dan kuasa kegelapan. Ingatlah bahwa hanya Tuhanlah yang layak disembah, karena DIA adalah penguasa sejati jagad raya ini. Saat kita merendahkan diri dihadapan Tuhan, maka Tuhanlah yang akan meninggikan kita pada waktu-Nya.

    Tuhan Yesus menang melawan pencobaan dengan cara berpegang teguh dan melakukan firman Tuhan dengan tepat. Diakhir dari pergumulan-Nya tersebut, Bapa mengirim malaikat-Nya untuk melayani Tuhan Yesus. Menyediakan apa yang diperulak oleh Tuhan Yesus. Kenyang tanpa merubah batu menjadi roti, malaikat datang melayani tanpa menjatuhkan diri dari bumbungan bait Allah, dan menerima kekuasaan atas bumi dan surga tanpa menyembah kepada iblis.

21 December 2016

QUO VADIS PENTAKOSTA (B)


Memperhatikan konteks yang lebih luas: “Diisi untuk Beraksi”
Ada sebuah pola yang dapat kita perhatikan dalam Kisah Para Rasul ini, yang akan menerangkan kepada kita tentang penekanan yang ingin ditunjukkan oleh Lukas sebagai penulisnya.

Kisah 4:8 “..penuh Roh Kudus..”
Kisah 4:13 “...keberanian Petrus dan Yohanes... keduanya orang biasa yang tidak terpelajar,...dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus.”

Kisah 4:29 “...berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu.”
Kisah 4:31 “..mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.

Kisah 9:17 “..Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.

Kisah 9:28 “Dan Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan keberanian mengajar dalam nama Tuhan
Kisah 13:2 “berkatalah Roh Kudus: "Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.”

Kisah 13:9 “Tetapi Saulus, juga disebut Paulus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap dia,”
Kisah 13:46 “Tetapi dengan berani Paulus dan Barnabas berkata: "Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu..”

Dari kutipan beberapa ayat di atas, kita dapat melihat sebuah pola yang jelas yang menggambarkan tujuan Lukas menampilkan beberapa kejadian kepenuhan Roh Kudus pada masa gereja mula-mula. Saat Roh Kudus memenuhi kehidupan para murid, muncullah keberanian untuk mewartakan Injil, terlepas terjadi fenomena tanda kepenuhan yakni bahasa roh atau tidak. Hal ini terlihat relevan jika kemudian kita sejajarkan dengan pesan dari Tuhan Yesus sendiri mengenai kehadiran Roh Kudus setelah kenaikan-Nya ke surga.

“..tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.
(Yohanes 14:26)

“Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.”
(Yohanes 15:26)

“Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku;”
(Yohanes 16:7-9)

“Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.
(Yohanes 16:13-15)

“Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.
(Yohanes 20:21-23)

“Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan.”
(Lukas 12:11-12)

“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.
(Kisah Rasul 1:8)

Tuhan Yesus sendiri membawa murid-murid-Nya (juga termasuk kita di zaman modern ini) untuk melihat nilai tujuannya, dan bukan lagi sekedar fenomena dari diutusnya Roh Kudus untuk menguasai kehidupan orang percaya. Jadi sangatlah naif dan sempit jika kita mengartikan kepenuhan Roh Kudus hanya dengan dimilikinya karunia-karunia roh atau tidak. Kepenuhan Roh Kudus berbicara lebih dari itu.

Kita dapat melihat dalam catatan sejarah mengenai kehidupan jemaat Kristen mula-mula. Keberanian mereka untuk menghadapi kematian sekalipun, demi mengabarkan berita keselamatan yang telah merubah hidup mereka secara mendasar. Berbicara mengenai kepenuhan Roh Kudus yang relevan dalam kehidupan sehari-hari, Kisah Rasul 2:47 harusnya menjadi ayat acuan kita. Dalam ayat tersebut, tabib Lukas menuliskannya dengan tepat, yakni “Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” Mengulang sedikit mengenai pengertian tentang kata disukai yang telah disinggung di atas, kata ini bermakna dapat dinikmati dan diterima oleh masyarakat di sekitarnya. Dan sebagai hasilnya, jumlah jemaat gereja mula-mula terus bertambah dengan luar biasa. Dari angka 3000 orang, kemudian ditambah 5000 orang laki-laki (Kisah Rasul 4:4), dan kemudian dalam Kisah Rasul 9:31 tertulis demikian “Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.

Kekristenan berkembang dengan dahsyat setelah Roh Kudus memenuhi kehidupan para murid Tuhan Yesus kala itu. Kehidupan yang berubah secara menyeluruh tersebut rupanya menginspirasi banyak orang. Kehidupan jemaat Kristen mula-mula adalah bentuk kehidupan yang dapat diterima bahkan dinikmati oleh orang-orang yang belum percaya. Kehidupan yang diubahkan, ditambah dengan mujizat yang kala itu berguna untuk menunjukkan kuasa Tuhan kepada orang yang belum percaya, membuat kekristenan “meledak” dan berpengarus secara masif.

Kesimpulan: “Pergilah dan Tuailah” adalah arah perjalanan Pentakosta
Tuhan Yesus bersabda dalam Yohanes 4:35 “Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.” Fenomena Pentakosta yang dialami para murid di Yerusalem tersebut adalah bentuk tindak lanjut dari sabda Tuhan Yesus itu. Mulai dari momen Pentakosta di Yerusalem tersebut, kekristenan tersebar ke seluruh penjuru dunia. Kekristenan berdampak sangat besar saat itu dengan jumlah pengikut yang semakin bertambah banyak, hingga dianggap sebagai “gerakan radikal” yang membuat para kaisar Roma khawatir. Walaupun pada kenyataannya kekristenan hanyalah pergerakan rohani dan bukan sebuah pergerakan politik, hal itu membuat kekristenan dimusuhi dan dilawan dengan kekuatan fisik. Itulah yang menyebabkan orang-orang Kristen kala itu mengalami penganiayaan. Perlu kita ingat bahwa penganiayaan yang dialami gereja mula-mula tidaklah menghentikan mereka untuk hidup dalam keimanan kepada-Nya dan terus bersaksi tentang Kristus.

Amanat Agung Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk PERGI dan menjadikan semua suku bangsa murid-Nya. Pribadi Roh Kudus, sang Parakletos yang dijanjikan Tuhan Yesus dalam Yohanes 14:16-17 dan ayat 26 itulah, yang akan mengiringi langkah hidup kita dalam mengabarkan kesaksian tentang keselamatan yang diberikan Tuhan melalui pribadi Yesus Kristus. Saat kita mengaku sebagai seorang Kristen yang telah dipenuhi Roh Kudus, kita hendaknya tidak berpuas diri hanya karena sudah berbahasa roh.

Kepenuhan Roh Kudus secara esensial menunjuk kepada perubahan hidup yang radikal. Kepenuhan tersebut terlihat dari perubahan mendasar dalam pemikiran, perasaan dan pengambilan keputusan. Pribadi yang telah penuh Roh Kudus akan menunjukkan pola pikir yang dewasa dan tidak kekanak-kanakan. Secara emosional, pribadi yang telah penuh Roh Kudus juga akan menunjukkan kematangannya. Hal sederhana seperti menahan ledakan amarah, tidak berlarut-larut dalam kesedihan, juga tidak terlalu terbawa dalam kesenangan, akan dapat terlihat dengan jelas. Kematangan dalam pemikiran dan emosionalitas akan membawa perubahan besar dalam pengambilan keputusan seseorang.

Seseorang yang penuh Roh Kudus tidak lagi mengambil keputusan secara serampangan. Pribadi tersebut akan terlatih untuk memiliki pertimbangan-pertimbangan yang mendalam, karena pikirannya telah dikuasai oleh Roh Kudus. Dia memiliki tujuan yang jelas dalam mengambil keputusan. Tujuan tersebut adalah bahwa hasil dari keputusan tersebut adalah demi kemuliaan Tuhan. Dia akan berpikir dengan sehat dan terarah, tidak lagi mengutamakan dirinya sendiri, dan mampu melihat kebutuhan orang lain yang harus dia akomodir. Setiap buah pemikirannya, baik itu berkenaan dengan pribadinya atau untuk orang lain, akan membawa dampak kekekalan. Tujuan yang dibidik dari hasil tindakan tersebut adalah kehidupan kekal bersama Tuhan di surga. 

Orang yang penuh Roh Kudus tersebut juga tidak akan mengambil keputusan karena terlarut dalam perasaan. Kita tahu bahwa saat paling berbahaya dalam hal pengambilan keputusan, terutama yang berkenaan dengan masa depan, adalah saat keputusan tersebut diambil dalam kondisi emosional. Keputusan untuk membenci seseorang dan memutuskan tali persaudaraan, seringkali diambil saat kemarahan sedang berkuasa dalam hati seseorang. Memilih menikah dengan orang yang ternyata di kemudian hari tidak bertanggung jawab, biasanya diputuskan saat perasaan cinta menutupi pertimbangan logika dan masukan dari orang-orang tercinta. Roh Kudus akan mengontrol kita dalam aspek emosional ini.  

Roh Kuduslah yang akan menolong kita menyeimbangkan penggunaan logika dan perasaan. Hal tersebut tentunya tidak akan diperoleh hanya dari pengalaman kepenuhan Roh Kudus dalam semalam saja. Tuhan Yesus menegaskan bahwa Roh Kudus akan menyertai kita dalam hidup keseharian. Pribadi Roh Kudus akan mengajarkan dan mengingatkan kita akan kebenaran firman Tuhan (Yohanes 14:26) dan yang akan memimpin kita mengerjakan kebenaran firman Tuhan dalam keseharian dan dalam setiap aktivitas kita. (Yohanes 16:13-15). Dengan perananan Roh Kudus yang seperti ini, maka akan muncullah pribadi-pribadi Kristen yang unggul secara karakter. Pribadi dengan karakter yang unggul inilah yang akan berdampak besar dalam kehidupan dunia ini. Pribadi-pribadi inilah yang akan membawa orang-orang yang belum percaya, datang menyerahkan hidup mereka untuk percaya kepada Tuhan Yesus dan menjadi milik Tuhan seutuhnya. Seorang Kristen sejati yang telah dipenuhi Roh Kudus, akan mendedikasikan hidupnya untuk bersaksi tentang Kristus dalam perkataannya dan juga dalam tingkah lakunya. Dia juga akan MENUAI dan kemudian membawa jiwa-jiwa kepada Kristus. Biarlah intisari Pentakosta ini selalu kita hidupi dalam perkataan dan tingkah laku kita sehari-hari. Tuhan Yesus memberkati. (Selesai)