Laman

Showing posts with label bertahan. Show all posts
Showing posts with label bertahan. Show all posts

12 July 2018

SENDIRI: Mandiri dan Bertanggung Jawab (Lukas 4:1-2)

Disadari atau tidak, kita harus menghadapi setiap pergumulan dalam kehidupan kita ini seorang diri. Diri kita sendirilah yang secara langsung akan mengalami baik buruknya konsekuensi dari setiap pilihan kita. Urusan iman kita kepada Tuhan adalah urusan diri kita sendiri. Iman kepada Tuhan tidak dapat dipaksakan untuk dimiliki oleh seseorang, karena pada hakikatnya iman adalah keputusan pribadi seseorang untuk mempercayai Tuhan. lantas bagaimana peranan orang tua dan orang-orang di sekitar kita? Semua orang yang ada di sekitar kita memang memiliki pengaruh dalam pertumbuhan iman kita. Ada yang meberi pengaruh besar dan ada yang berpengaruh kecil. Namun perlu kita semua sadari bahwa pertumbuhan iman kita berasal dari setiap respon dan keputusan diri kita sendiri.

SENDIRI
Para penulis Injil menulis beberapa peristiwa yang menunjukkan bahwa ada masa dimana Tuhan Yesus menjalani proses-Nya seorang diri. Semisal dalam Lukas 4:1-2 menuliskan demikian “Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar.” Setelah mengikuti babtisan Yohanes Pembabtis, Tuhan Yesus dibawa Roh Kudus untuk menjalani proses ujian yang sangat berat di padang gurun. Roh Kudus Allah yang mengantar-Nya. Di akhir proses ujian berat tersebut kita ketahui bersama bahwa Yesus dilayani oleh para malaikat. Tetapi di tengah padang gurun itu, saat proses ujian terjadi, Yesus benar-benar seorang diri, melakukan semuanya sendirian, termasuk berhadapan dengan iblis.
Mari kita mundur ke sebuah peristiwa di Perjanjian Lama yang juga dapat memberi kita gambaran yang jelas, bagaimana keputusan kita harus dipertanggungjawabkan secara pribadi. Dalam Daniel pasal 3 diceritakan bahwa Raja Nebukadnezar membuat patung emas dirinya dan memerintahkan seluruh rakyatnya untuk menyembah patung tersebut. Bagi siapapun yang menolak menyembah akan dihukum mati dengan cara dibakar hidup-hidup. Singkat cerita, Hananya, Misael dan Azarya, menolak untuk menyembah patung sang Raja. Mereka membuat sebuah pernyataan yang sangat berani dengan mengatakan “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (Daniel 3:16-18)
Kita semua tahu bahwa pada akhirnya mereka mengalami pertolongan Tuhan. Tetapi mari kita kembali pada fase dimana setelah mereka menyatakan menolak menyembah patung Nebukadnezar tersebut, mereka harus menghadapi kenyataan bahwa mereka kemudian diikat dengan erat, tungku api dinyalakan dengan panas yang tujuh kali lipat dari yang biasa, kemudian mereka dicampakkan ke dalamnya. Sampai pada batas itu, mereka tidak melihat ada keajaiban atau mujizat dari Tuhan untuk menolong mereka. Butuh sebuah keberanian yang besar untuk mengambil keputusan yang menyangkut sebuah konsekuensi yang besar. Dan itulah yang mereka alami.
Menyadari bahwa kita harus mempertanggungjawabkan secara pribadi setiap pilihan dan tindakan kita adalah sebuah sikap yang penting. Tanpa kesadaran tersebut, kita akan memiliki frame berpikir yang salah tentang realitas kehidupan. Lebih parahnya lagi, kedewasaan kita tidak akan terbentuk. Satu ciri menonjol dari sebuah kedewasaan adalah sifat kemandirian.
Mandiri artinya berada dalam keadaan dapat berdiri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Fase ketergantungan dalam proses pertumbuhan adalah fase kanak-kanak.  Kita menganggap sebagai hal yang wajar saat anak-anak tergantung pada orang tua mereka. Saat masih dalam fase bayi atau balita, kita tidak dapat menuntut banyak kepada anak-anak kita untuk dapat, misalnya, makan sendiri. Mereka masih butuh disuapi makanan karena ketidakmampuan mereka secara fisik.
Namun hal tersebut tidak lagi berlaku bagi anak-anak kita yang sudak berusia enam tahun keatas. Mereka harus mulai belajar mengurus kebutuhan mereka sendiri. Mengambil makan sendiri, makan tanpa disuapi, mandi sendiri, mempersiapkan seragam sekolah sendiri, dll. Bahkan untuk anak yang lebih besar, kita sebagai orang tua sering menuntut mereka untuk mulai terlibat dalam mengurus rumah dan mengambil tanggung jawab yag lebih besar. Mereka harus mampu menghadapi pergumulan hidup mereka sendiri, secara mandiri. Walaupun adakalanya mereka masih membutuhkan pertolongan orang tua, namun pada intinya mereka akan menghadapi kenyataan bahwa mereka harus menghadapi dan menyelesaikan permasalahan mereka sendiri.

DALAM PENYERTAAN DAN PENJAGAAN TUHAN
Matius 14:22-23 mencatat dalam peristiwa yang lain demikian “Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.” Kita sering mendapati kisah dimana Tuhan Yesus memisahkan diri dari keramaian dan mengambil waktu sendiri. Kesendirian-Nya ini selalu dilakukan dengan tujuan yan jelas, yakni untuk bersekutu dengan Bapa-Nya, dalam doa. Namun setelah Tuhan Yesus menyelesaikan doa-Nya, apakah problematika pelayanan-Nya menjadi lebih mudah? Setelah doa di taman Getsemani, apakah kemudian penyaliban dibatalkan? Tentu tidak, bukan? Itulah kenyataan hidup dan tanggung jawab yang memang harus Yesus pikul. Problematikan kehidupan tidak akan menjadi lebih mudah setelah kita berdoa. Hal tersebut juga berlaku bagi semua orang tanpa kecuali, bahkan bagi pelayan Tuhan sekalipun.
Namun jika kita perhatikan semua tokoh dalam Alkitab yag menyerahkan kehidupan mereka kepada Tuhan, termasuk Tuhan Yesus Kristus yang berserah kepada Bapa, mereka justru terlihat semakin teguh dan kuat menjalani kehidupan, sekalipun harus menghadapi akhir kisah yang berat. Persekutuan para murid Yesus semakin intens dengan Tuhan, dan mereka menghadapi tekanan berat karena iman dan berujung martir. Mereka menyadari hal itu dan tetap berani menghadapinya. Mengapa demikian? Karena mereka tahu tujuan akhir dari semua itu dan melihat serta merasakan penyertaan Tuhan di dalamnya. 
Selama kita hidup di dunia ini, kita harus mandiri dan menghadapi semua pergumulan hidup itu sendiri. Mungkin akan ada banyak orang di sekitar kita yang datang menolong, tapi hal itu tidak akan selalu terjadi. Di akhir dari semuanya itu, hanya ada kita seorang diri berhadapan dengan permasalahan dan pergumulan hidup. Hadapi fakta ini dan berjuanglah. Ingatlah bahwa ditengah segala hal yang terjadi, seberat apapun itu, ada Tuhan yang mengawasi dan menjaga kita. Ia tidak akan membiarkan kita menghadapi permasalahan yang tidak dapat kita tanggung. Ia menggunakan semua bentuk pergumulan kita untuk mendewasakan kita. Hingga pada akhirnya, ia akan memberikan kelegaan yang sempurna di hadirat-Nya. 

30 December 2016

MENANG MELAWAN PENCOBAAN

”Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
Matius 4:4

     Semua manusia pasti pernah merasakan berada ditengah-tengah pencobaan. Masalah yang terasa pelik, berat dan silih berganti datang dalam kehidupan kita. Tidak ada satu manusiapun di dunia ini yang sama sekali tidak pernah merasakan pencobaan. Tidak ada satu manusiapun yang kebal terhadap pencobaan. Bahkan seperti yang kita ketahui, Tuhan Yesus Kristus sendiripun seringkali dicobai oleh iblis. Kisah yang paling kita kenal tentang pencobaan yang dialami oleh Tuhan Yesus ditulis dalam injil Matius 4:1-11.

     Kisah dicobainya Tuhan Yesus oleh iblis bermula saat Tuhan Yesus selesai dibabtis di sungai Yordan oleh Yohanes Pembabtis. Matius 4:1 menulis “Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.” Dalam Markus 1:12 dikatakan segera sesudah Tuhan Yesus dibabtis, Roh Kudus menuntun Tuhan Yesus untuk pergi ke padang gurun dan berpuasa disana selama 40 hari. Diakhir masa puasanya iblis menemui Tuhan Yesus dan kemudian mencobainya. Mari kita belajar bagaimana cara Tuhan Yesus mengalahkan pencobaan-pencobaan yang dilancarkan oleh iblis tersebut. 

I. UBAHLAH BATU MENJADI ROTI (Matius 4:1-4)
     Pencobaan yang pertama yang dilancarkan iblis kepada Tuhan Yesus berkenaan dengan rasa lapar dan haus-Nya setelah 40 hari berpuasa. Kita dapat membayangkan betapa sangat lapar dan hausnya Tuhan Yesus kala itu. Ditengah rasa lapar yang mendera tersebut, iblis seolah-olah mengingatkan Tuhan Yesus bahwa Ia memiliki kuasa untuk mencipta. Tentu bukan hal yang mustahil dilakukan bagi Tuhan Yesus untuk mengubah batu menjadi roti. Namun kita ketahui bahwa Tuhan Yesus tidak menuruti perkataan si iblis tersebut.

     Kebutuhan daging memang bagian dari kehidupan manusia. Rasa lapar dan haus adalah bagian dari kehidupan jasmaniah manusia. Hal tersebut tidak dapat dielakkan. Namun yang perlu kita perhatikan disini adalah bagaimana Tuhan Yesus memandang kebutuhan jasmani tersebut. Dalam Matius 4:4, Tuhan Yesus menjawab si iblis dengan mengutip kisah perjalanan bangsa Israel di padang gurun yang tertulis dalam kitab Ulangan 8:3 “Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.” Tujuan Tuhan memberkati dan memelihara kita sebenarnya adalah supaya kita mengerti (artinya mengetahui, belajar, merasakan, melihat dengan cerdas, mengalami, mengakui, mempertimbangkan, tahu cara melakukan, dan menjadi ahli) tentang Firman Tuhan. Firman Tuhanlah yang sebenarnya menghidupkan kita. Kita tidak boleh menjadikan pemenuhan kebutuhan daging / hawa nafsu sebagai prioritas kita. Namun kita harus fokus dalam memperagakan kebenaran firman Tuhan dalam hidup kita di dunia ini. 

II. JATUHKANLAH DIRI-MU (Matius 4:5-7)
     Pencobaan yang kedua ini bicara tentang mencobai Tuhan. Dalam pencobaan ini, iblis bahkan mengutip Mazmur 91:11-12 untuk “membenarkan” perkataannya. Kita melihat bahwa jika kita secara asal-asalan mencomot firman Tuhan, yang kemudian kita gunakan untuk membenarkan tindakan kita, itu menjurus kepada mencobai Tuhan. Firman Tuhan adalah dasar hidup. Dan tujuan kita melakukan atau mempraktekkan Firman Tuhan dalam kehidupan kita bukanlah demi kepentingan kita atau keuntungan kita sendiri, melainkan demi kepentingan Tuhan. saat kita menggunakan firman Tuhan demi keuntungan kita sendiri, kita sedang mencobai Tuhan. Kisah pemberontakan Yudas Iskariot hendaknya menjadi pelajaran berharga untuk kita. Karena berpikir dapat memaksa Tuhan Yesus menyatakan dirinya sebagai Mesias, Yudas mengkhianati Tuhan Yesus. Semua rencananya gagal saat ternyata Tuhan Yesus ditangkap dan dihukum salib oleh pemerintahan Roma. Yudas gagal memahami inti rencana Allah yang sebenarnya, yang sedang dikerjakan oleh Tuhan Yesus. 

III. SEMUANYA KUBERIKAN…JIKA SUJUD MENYEMBAH AKU (Matius 4:8-10)
     Pencobaan iblis yang terakhir ini adalah serangan langsung kepada hukum yang pertama dari 10 hukum dasar (Dasa Firman/ Dekalog). Iblis ingin dirinya disembah. Dia mengiming-imingi orang yang mau menyembahnya dengan kekuasaan atas dunia ini (harta, kedudukan, kehormatan, kemuliaan, dsb.). Tidak mengherankan jika banyak kita lihat orang menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekuasaan, salah satunya dengan cara menjual hidupnya kepada iblis dan kuasa kegelapan. Ingatlah bahwa hanya Tuhanlah yang layak disembah, karena DIA adalah penguasa sejati jagad raya ini. Saat kita merendahkan diri dihadapan Tuhan, maka Tuhanlah yang akan meninggikan kita pada waktu-Nya.

    Tuhan Yesus menang melawan pencobaan dengan cara berpegang teguh dan melakukan firman Tuhan dengan tepat. Diakhir dari pergumulan-Nya tersebut, Bapa mengirim malaikat-Nya untuk melayani Tuhan Yesus. Menyediakan apa yang diperulak oleh Tuhan Yesus. Kenyang tanpa merubah batu menjadi roti, malaikat datang melayani tanpa menjatuhkan diri dari bumbungan bait Allah, dan menerima kekuasaan atas bumi dan surga tanpa menyembah kepada iblis.