1. Yesus Disalibkan dan Mati di Bawah Pemerintahan Pontius Pilatus
Bukti:
- Disepakati secara luas oleh
para sejarawan Kristen dan non-Kristen.
- Dikonfirmasi dalam keempat
Injil dan surat-surat Paulus (misalnya, 1 Korintus 15:3).
- Didukung oleh sumber
non-Kristen seperti:
- Tacitus (sejarawan Romawi):
Menyebutkan bahwa Kristus dieksekusi oleh Pontius Pilatus.
- Josephus (sejarawan Yahudi): Referensi
tentang penyaliban Yesus (dengan beberapa bagian dianggap sebagai
interpolasi Kristen, tetapi sebagian besar diterima sebagai autentik).
Alasan
Historis:
- Penyaliban adalah metode
eksekusi Romawi yang umum bagi pemberontak dan penjahat.
- Fakta ini sangat memalukan bagi
para pengikut-Nya, sehingga kecil kemungkinan diciptakan sebagai legenda.
(Prinsip criterion of embarrassment dalam historiografi.)
Kematian Yesus melalui penyaliban adalah salah satu fakta sejarah yang paling sedikit diperdebatkan, baik oleh sejarawan Kristen maupun non-Kristen. Keempat Injil menyampaikan narasi yang konsisten mengenai penyaliban ini, dan surat-surat Paulus juga secara eksplisit menyebutkannya, termasuk dalam 1 Korintus 15:3. Selain itu, penulis non-Kristen seperti Tacitus dan Josephus mengonfirmasi bahwa Yesus dieksekusi di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Penyaliban itu sendiri adalah bentuk hukuman Romawi yang umum untuk pemberontak dan penjahat besar, dan karena sifatnya yang memalukan, kecil kemungkinan hal ini diciptakan oleh para pengikut Yesus untuk membangun legenda. Fakta bahwa murid-murid menempatkan Mesias mereka di kayu salib—sebuah simbol kutukan dan kehinaan dalam budaya Yahudi—justru memperkuat keaslian historisnya. Jika para murid ingin menciptakan pemujaan pada figur Yesus, tentunya mereka akan menghilangkan hal-hal yang memalukan dan menggantikannya dengan narasi-narasi yang hebat yang lebih menarik. Kenyataannya tidak demikian.
Bukti:
- Dicatat dalam semua empat
Injil.
- Para wanita sebagai saksi pertama adalah
bukti keaslian, sebab kesaksian mereka tidak dihargai secara legal pada
zaman itu.
- Tidak ada catatan historis
bahwa pihak berwenang menunjukkan tubuh Yesus sebagai sanggahan.
Pandangan
Sarjana:
- Bahkan beberapa skeptis seperti
James Crossley dan John A. T. Robinson menganggap kubur
kosong sebagai fakta yang layak dipertimbangkan secara serius.
- Tokoh seperti William Lane
Craig dan Gary Habermas menunjukkan bahwa narasi ini memenuhi
beberapa kriteria keotentikan sejarah (multiple attestation,
embarrassment, enemy attestation secara tidak langsung).
Keempat Injil menyampaikan bahwa pada pagi hari Minggu, kubur Yesus ditemukan kosong. Yang menarik adalah bahwa para saksi pertama yang disebut dalam narasi tersebut adalah perempuan, terutama Maria Magdalena. Dalam konteks budaya abad pertama, kesaksian perempuan tidak memiliki bobot hukum yang signifikan, sehingga kecil kemungkinan kisah ini diciptakan untuk memperkuat klaim teologis. Beberapa sarjana skeptis pun mengakui bahwa keberadaan cerita makam kosong ini memiliki akar yang cukup tua dan pantas dipertimbangkan secara serius. Fakta bahwa pihak berwenang tidak pernah secara historis membantah kebangkitan dengan menunjukkan tubuh Yesus juga memperkuat argumen bahwa memang tidak ada jenazah yang bisa diperlihatkan—suatu kondisi yang mendesak untuk dijelaskan secara rasional.
3. Para Murid Meyakini Mereka
Melihat Yesus yang Bangkit
Bukti:
- Dicatat dalam 1 Korintus
15:3–8, yang menyebut penampakan kepada:
- Petrus
- Kedua belas rasul
- Lebih dari 500 saudara sekaligus
- Yakobus
- Paulus sendiri
- Muncul juga di Injil dan Kisah
Para Rasul: Yesus makan bersama murid, menunjukkan luka-luka-Nya, dan
berbicara dengan mereka.
Analisis:
- Creed dalam 1 Korintus diperkirakan
sudah beredar dalam 3–5 tahun setelah peristiwa kebangkitan.
- Hal ini terlalu dini untuk
menjadi legenda.
- Konsistensi pengakuan saksi di
berbagai sumber menambah bobot historis.
Salah satu bagian paling awal dalam Perjanjian Baru, yaitu 1 Korintus 15:3–8, memuat daftar penampakan Yesus pasca-kebangkitan kepada individu-individu dan kelompok, termasuk Petrus, para rasul, lebih dari lima ratus orang sekaligus, Yakobus, dan akhirnya Paulus sendiri. Sumber ini berbentuk pengakuan iman (creed) yang sangat kuno, yang dipercaya oleh banyak sarjana ditulis tidak lama setelah peristiwa kebangkitan itu sendiri. Klaim-klaim ini bukanlah sesuatu yang muncul berabad-abad kemudian, melainkan berasal dari saksi mata atau orang yang sangat dekat dengan mereka. Artinya, para murid benar-benar percaya bahwa mereka telah melihat Yesus hidup kembali dalam wujud fisik, bukan sekadar mengalami kesan spiritual atau pengaruh psikologis.
4. Perubahan Drastis dalam Diri
Para Murid
Konteks:
- Sebelum kebangkitan:
murid-murid melarikan diri, bersembunyi, ketakutan (lihat Markus 14:50,
Yohanes 20:19).
- Setelah kebangkitan: tampil
penuh semangat, bersaksi di depan umum, dan rela mati.
Signifikansi
Historis:
- Tidak logis jika perubahan
besar ini terjadi hanya karena “keyakinan spiritual” atau “halusinasi.”
- Mereka percaya sungguh-sungguh
telah bertemu Yesus secara fisik dan hidup.
Setelah kematian Yesus, para murid digambarkan sebagai orang-orang yang takut, putus asa, dan sembunyi dari otoritas Yahudi dan Romawi. Namun, setelah mereka mengaku melihat Yesus yang bangkit, terjadi transformasi luar biasa. Mereka menjadi pemberani, tampil di depan umum, dan rela dianiaya serta dibunuh karena iman mereka. Perubahan ini tidak masuk akal jika hanya didasarkan pada delusi atau keyakinan emosional. Sesuatu yang nyata dan sangat kuat harus terjadi untuk membuat mereka berubah total. Dalam banyak kasus, orang mungkin bisa mempertahankan kebohongan untuk keuntungan, tapi sangat jarang seseorang rela mati untuk sesuatu yang mereka tahu adalah kebohongan.
5. Pertobatan Yakobus, Saudara
Yesus
Bukti:
- Yohanes 7:5: "Sebab
saudara-saudara-Nya sendiri pun tidak percaya kepada-Nya."
- 1 Korintus 15:7: Yesus
menampakkan diri secara khusus kepada Yakobus.
- Kisah Para Rasul: Yakobus
kemudian menjadi pemimpin gereja Yerusalem (Kisah 15).
Analisis:
- Mengapa seseorang yang awalnya
tidak percaya tiba-tiba menjadi pemimpin penting dan rela mati demi
keyakinannya?
- Penjelasan paling logis: Ia
meyakini bahwa Yesus benar-benar bangkit dan menampakkan diri kepadanya.
Sebelum kebangkitan, Yakobus tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Yohanes 7:5 menyatakan bahwa saudara-saudara-Nya sendiri pun tidak percaya kepada-Nya. Namun, setelah kebangkitan, Yakobus menjadi salah satu pemimpin gereja Yerusalem dan martir karena imannya. Menurut 1 Korintus 15:7, Yesus secara khusus menampakkan diri kepada Yakobus. Perubahan total dari skeptisisme menjadi keyakinan yang begitu kuat ini tidak dapat dijelaskan hanya sebagai tekanan sosial atau pengaruh kelompok. Bukti menunjukkan bahwa pengalaman pribadi yang sangat kuat—penampakan Yesus yang hidup—adalah satu-satunya penjelasan yang cukup masuk akal.
6. Pertobatan Paulus
Bukti:
- Paulus adalah penganiaya gereja
(Kisah Para Rasul 8–9).
- Ia mengalami penampakan Kristus
yang bangkit dalam perjalanannya ke Damsyik.
- Menjadi penginjil terbesar dan
penulis utama dalam Perjanjian Baru.
Signifikansi:
- Pertobatannya tidak bisa
dijelaskan dengan motivasi psikologis biasa.
- Ia bukanlah pengikut Yesus yang
kecewa, tapi justru seorang oposisi keras.
- Pengakuannya sebagai saksi mata
(1 Kor 15:8) memperkuat daftar penampakan.
Paulus adalah seorang penganiaya gereja
yang sangat militan. Ia mengejar, menangkap, dan bahkan menyetujui pembunuhan
pengikut Yesus. Namun dalam perjalanan ke Damsyik, ia mengklaim mengalami
perjumpaan langsung dengan Yesus yang telah bangkit. Pertobatannya begitu
mendalam sehingga ia menjadi salah satu tokoh utama dalam penyebaran Injil dan
penulis utama surat-surat Perjanjian Baru. Tidak ada motivasi psikologis atau
keuntungan pribadi yang dapat menjelaskan transformasi seperti ini. Dari musuh
menjadi misionaris, dari pembenci menjadi martir, perjalanan hidup Paulus hanya
masuk akal jika ia benar-benar mengalami sesuatu yang luar biasa dan nyata.
7. Tradisi Kebangkitan Muncul Sangat
Awal
Bukti:
- 1 Korintus 15:3–8 adalah sebuah
creed (kredo/pengakuan iman) yang berasal dari tradisi
Yahudi-Kristen paling awal.
- Banyak sarjana menempatkannya
dalam waktu tiga tahun setelah penyaliban.
Arti
Penting:
- Kemunculan kredo yang terbilang
masih sangat dekat dengan masa penyaliban Yesus ini terlalu dini untuk dijadikan
alasan bahwa kisah kebangkitan Yesus adalah sebuah legenda.
- Membantah gagasan bahwa
kepercayaan akan kebangkitan muncul secara bertahap seiring waktu.
- Diterima secara luas oleh
komunitas Kristen awal, termasuk mereka yang langsung mengenal saksi mata.
Pengakuan iman dalam 1 Korintus 15
dianggap sebagai tradisi Kristen paling awal yang mendokumentasikan kebangkitan
Yesus. Banyak sarjana, termasuk yang skeptis, menempatkan asal mula kredo ini
dalam waktu tiga hingga lima tahun setelah penyaliban. Ini penting, karena
menyingkirkan argumen bahwa cerita kebangkitan berkembang sebagai mitos yang
lambat laun disisipkan dalam ajaran Kristen. Fakta bahwa komunitas Kristen awal
menerima kredo ini secara luas menunjukkan bahwa keyakinan akan kebangkitan
bukanlah elemen tambahan, melainkan fondasi utama sejak mula.
8. Kebangkitan Menjadi Inti
Pewartaan Gereja Mula-Mula
Bukti:
- Kisah Para Rasul penuh dengan
khotbah tentang kebangkitan Yesus (Kisah 2, 3, 10, 13).
- Paulus berulang kali menjadikan
kebangkitan sebagai dasar iman (Roma 10:9, 1 Korintus 15:14).
- Martir mula-mula bersaksi
tentang Yesus yang hidup, bukan sekadar pengajar agung.
Analisis:
- Jika kebangkitan hanyalah mitos
atau ilusi, tidak akan menjadi inti pesan para rasul.
- Gereja tidak dimulai dari
ajaran Yesus, melainkan dari keyakinan bahwa Ia telah hidup kembali.
Kisah
Para Rasul secara konsisten menunjukkan bahwa pesan utama yang disampaikan para
rasul adalah kebangkitan Yesus. Petrus, dalam khutbah pertamanya, berbicara
tentang kubur yang kosong dan Yesus yang telah dibangkitkan oleh Allah (Kisah
2). Paulus menulis bahwa jika Kristus tidak bangkit, maka iman orang Kristen
sia-sia (1 Korintus 15:14). Gereja mula-mula tidak berdiri hanya atas ajaran
moral Yesus, melainkan atas keyakinan bahwa Ia telah mengalahkan maut. Pesan
ini menjadi pusat kehidupan gereja awal dan kekuatan di balik pertumbuhan
gerakan Kristen di tengah penganiayaan dan penolakan.
PENOLAKAN
TERHADAP KEBANGKITAN KRISTUS
DAN
ALASAN UNTUK MENOLAK KLAIM PENOLAKAN ITU
Setidaknya ada dua teori alternatif yang paling sering diajukan untuk menolak kebangkitan Yesus secara historis—teori halusinasi dan teori mitos—beserta keberatannya secara mendalam:
1. Teori Halusinasi
Klaim: Para saksi mata
sebenarnya tidak melihat Yesus yang bangkit secara fisik, tetapi mengalami
halusinasi karena trauma, harapan, atau keyakinan religius yang mendalam.
Keberatan Historis:
- Halusinasi bersifat pribadi,
bukan kolektif: Psikologi
modern menjelaskan bahwa halusinasi adalah pengalaman subjektif yang tidak
bisa dibagikan. Namun, laporan dalam Injil dan 1 Korintus 15 menunjukkan
bahwa Yesus menampakkan diri kepada banyak orang sekaligus, termasuk 500
orang dalam satu waktu. Itu tidak dapat dijelaskan sebagai halusinasi.
- Variasi situasi penampakan: Yesus menampakkan diri di
tempat berbeda, kepada orang-orang dengan karakter dan latar belakang
berbeda (skeptis seperti Tomas dan Yakobus, wanita, kelompok murid), pada
waktu dan konteks yang berbeda. Halusinasi massal secara simultan dalam
berbagai kondisi ini sangat tidak mungkin.
- Skeptis tidak memiliki harapan: Orang-orang seperti
Yakobus (saudara Yesus) dan Paulus (seorang penganiaya Gereja) tidak dalam
keadaan rindu atau berharap Yesus bangkit. Jadi mereka bukan kandidat yang
logis untuk halusinasi karena mereka bahkan tidak percaya sebelumnya.
- Interaksi fisik bertentangan
dengan halusinasi: Para
murid menyentuh Yesus dan makan bersama-Nya (Lukas 24:39–43; Yohanes 21).
Hal ini tidak bisa dijelaskan oleh halusinasi, yang hanya berupa persepsi
visual atau auditori.
- Kubur kosong tetap menjadi masalah: Jika Yesus tidak sungguh-sungguh bangkit, jenazah-Nya akan tetap ada di kubur. Tapi faktanya, kubur itu kosong. Halusinasi tidak bisa mengosongkan kubur.
2. Teori Mitos (Legenda)
Klaim: Cerita kebangkitan
Yesus adalah hasil perkembangan mitos yang tumbuh seiring waktu setelah
kematian-Nya.
Keberatan Historis:
- Waktu penulisan terlalu dekat
dengan peristiwa: Surat
1 Korintus ditulis sekitar tahun 55 M, hanya sekitar 20 tahun setelah
kematian Yesus. Dan kredo dalam 1 Korintus 15:3–8 diyakini berasal dari
tahun 30–36 M, hanya beberapa tahun setelah peristiwa salib. Ini terlalu
singkat bagi mitos untuk berkembang.
- Kredo purba menyebut saksi
mata: Dalam
1 Korintus 15, disebutkan nama-nama individu (Petrus, Yakobus, para rasul)
yang masih hidup pada masa itu, sehingga orang bisa langsung
mengkonfirmasi kesaksian mereka. Ini adalah gaya penulisan sejarah, bukan
mitos.
- Kisah kebangkitan tidak
memiliki ciri mitos klasik: Mitologi Yunani atau dewa-dewa Romawi penuh
dengan simbolisme dan gaya puisi. Sebaliknya, narasi kebangkitan Yesus
sangat sederhana, langsung, dan bersifat historis, menyebutkan tempat,
waktu, dan saksi-saksi nyata.
- Pengorbanan saksi mata: Murid-murid tidak hanya menyebarkan berita ini, tetapi juga rela mati karena meyakininya. Tidak masuk akal bahwa banyak orang akan mengorbankan hidup mereka untuk sesuatu yang mereka tahu hanyalah mitos yang mereka buat sendiri.
Baik teori halusinasi
maupun teori mitos tidak dapat menjelaskan secara komprehensif seluruh fakta
sejarah seputar kebangkitan Yesus: kubur kosong, perubahan drastis pada
murid-murid, kesaksian saksi mata, dan perkembangan sangat awal dari pengakuan
bahwa Yesus benar-benar bangkit. Oleh karena itu, banyak sejarawan dan filsuf
menyimpulkan bahwa hipotesis "kebangkitan sungguh terjadi" adalah
penjelasan yang paling masuk akal secara historis.