Nikodemus adalah seorang Farisi,
sebuah kelompok yang sangat ketat memelihara hukum Musa dan tradisi Yudaisme
yang berdasar pada pengajaran Rabi-rabi (tulisan-tulisan rabinik). Kemungkinan
besar ia juga adalah seorang pejabat Sanhedrin. Melihat latar belakangnya
sebagai seorang Farisi, kita dapat memastikan bahwa Niko-demus adalah seorang
yang paham betul aturan dan tradisi Taurat yang berlaku dalam masyarakat
Yahudi.
Kisah yang ditulis Rasul Yohanes
dalam Yohanes 3:1-21, menceritakan interaksi pertama antara Nikodemus dengan
Tuhan Yesus. Pada bagian ini diceritakan bahwa Nikodemus mendatangi Tuhan Yesus
pada waktu malam hari. Kenapa malam hari? Menurut pengajaran rabi Yahudi, malam
hari adalah waktu terbaik untuk belajar. Namun hal ini kemungkinan besar
bukanlah dasar maksud Nikodemus mendatangi Yesus di malam hari. Alasan yang
paling masuk akal adalah Nikodemus tidak ingin orang tahu bahwa ia mendatangi
Yesus, seorang rabi yang kala itu menjadi sorotan orang banyak karena
pengajaran-Nya yang “berani dan berbeda.”
Nikodemus, dan dan mungkin juga
banyak orang Farisi lainnya, menilai bawa Yesus adalah seorang yang benar-benar
diutus oleh Tuhan. Dia berkata kepada Yesus “Rabi, kami tahu,
bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun
yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak
menyertainya.” (Ayt. 2) Perlu diingat bahwa Injil Yohanes tidak menulis
peristiwa sepenuhnya berdasarkan waktu peristiwanya (kronologis). Saat
Nikodemus mengatakan hal tersebut, kemungkinan Yesus sudah melakukan banyak
mujizat yang disaksikan oleh banyak orang. Dari hal tersebutlah kemudian
Nikodemus dan beberapa orang Farisi lainnya menyimpulkan bahwa Yesus adalah
benar-benar “utusan Tuhan.”
Kelahiran Baru
Tuhan Yesus kemudian mengatakan
sebuah pernyataan yang sempat membingungkan Nikodemus, dalam kapasitasnya
sebagai seorang pengajar hukum Yahudi. “Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat
Kerajaan Allah.”
Dengan kebingungan, Nikodemus menjawab: “Bagaimanakah
mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke
dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?... Bagaimanakah mungkin hal itu
terjadi?” (Ayt. 4, 9)
Kelahiran baru adalah sebuah komitmen yang diambil oleh
seorang Kristen untuk memindahkan fokus kehidupannya, dari hal-hal
duniawi/daging kepada hal-hal surgawi/rohani. Secara harafiah, Yohanes 3:3
diterjemahkan seperti ini: “Truly, truly,
I say to you, If one is not generated
from above…” (LITV) Jika
kalimat ini diterjemah dengan bebas, maka kurang lebih bermakna: “kamu
harus mengalami pembaharuan kerohanian melalui iman.”
Mengenai hal ini, Tuhan Yesus mengatakan bahwa seperti
halnya Nikodemus, kita harus dilahirkan kembali dari air dan Roh. Banyak yang memaknai bahwa frasa air dan Roh mengacu
pada babtisan air Yohanes Pembabtis dan babtisan roh oleh Tuhan Yesus. Jika
kita melihat substansi dari kedua jenis babtisan tersebut, kita dapat menarik
sebuah kesimpulan bahwa kelahiran baru berkenaan dengan pembaharuan jiwa
(pikiran dan perasaan) dan pembaharuan iman (band. Roma 12:2). Dalam Kolose 3:10 Rasul Paulus menulis demikian “Each of you is now a new person. You are
becoming more and more like your Creator, and you will understand him better.”
Dari hari ke sehari, kita dituntut untuk menjadi semakin serupa dengan karakter
Kristus Sang Firman yang menciptakan. Disaat yang sama, kita akan terus belajar
untuk memahami isi hati dan pikiran-Nya.
Memandang Tuhan
“Dan sama seperti Musa
meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”
(Ayt. 14-15) Kelahiran baru diawali dengan sebuah komitmen; komitmen yang
muncul oleh kesadaran akan dosa-dosa yang telah diampuni Tuhan, dan oleh
dorongan Roh Kudus menyerahkan diri pada proses pemurnian yang akan dikerjakan
Tuhan dalam kehidupan kita selanjutnya. Jadi komitmen kelahiran baru seperti
sebuah pintu masuk kedalam proses Tuhan.
Proses pembentukan karakter dan keimanan dengan Kristus
sebagai acuannya, bukanlah sebuah proses yang mudah dan secara asal-asalan dikerjakan
oleh Tuhan. Proses tersebut besar dan sangat rumit. Jika kita ditugaskan untuk
menyusun permainan puzzle seluas meja
makan saja pasti akan merasa kesulitan. Bagaimana jika puzzle tersebut seukuran lapangan bola. Setidaknya seperti itulah
gambaran sederhananya betapa sulit dan beratnya proses yang Tuhan kerjakan
dalam membentuk karakter kita hingga serupa dengan karakter Kristus. Disitulah
iman kita bekerja.
Iman yang kuat sangatlah diperlukan dalam proses hidup yang
harus kita lalui. Bagaimanakah mungkin bangsa
Israel dapat selamat dari racun ular yang mematikan hanya dengan cara memandang
kepada ular tembaga Musa (Bilangan 21:4-9)? Itulah iman. Ada bagian-bagian
proses yang menuntut kita untuk sepenuhnya percaya kepada Tuhan, sekalipun itu kadang terasa tidak masuk akal.
Saat proses itu
terlihat mustahil dan tidak masuk akal, pandanglah salib Kristus. Di salib
itulah manusia didamaikan dengan Tuhan melalui curahan darah Tuhan Yesus
Kristus. Seperti halnya seorang penjahat yang disalib disebelah Kristus,
bertobat disaat-saat terakhir kehidupannya dan ia menerima Firdaus, demikianlah
pertolongan Tuhan juga akan dinyatakan disaat-saat terberat dalam proses yang
harus kita jalani. Ambillah komitmen kelahiran baru. Masukilah proses
pembentukan yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan kita. Percayalah sepenuhnya
dengan apa yang Tuhan kerjakan, dan lihatlah bagaimana kasih Tuhan dicurahkan
melalui proses-proses kehidupan tersebut. Amin.(Renungan dari Yohanes 3:1-21)